Pengaruh yang signifikan dari bangsa Arya yang selama ini banyak
dikaji adalah munculnya banyak kerajaan bercorak Arya. Proses kultural yang
berlangsung hinggaabad ke-7 sebelum masehi kemudian melahirkan sejarah politk
bangsa India yang sangat panjang. Pada periode ini suber sejarah India semakin terang dengan
perlbagai iniformasi tertulis dari dalam India maupun dari catatan asing.
Beberapa kerajaan penting pada masa awal perkembagnan Arya adalah Gandhara,
Kosala, Kasi dan Maghada. Tetapi sampai sekarang hanya kerajaan-kerajaan yang
mempunyai pengaruh besar saja yang dapat diakses dan dikaji. Hal karena
terbatasnya sumber sejarah yang menerangkan perihal tersebut. Selain itu kita
tahu India mempunyai wilayah yang cukup luas, dan tidak memungkinkan dikaji
kerajaan-kerajaan yang terseban seantero India. Dari sekian banyak kerajaan,
mungkin yang dapat diakses dan dikaji karena mempunyai peranan penting dalam
perkembangan peradaban di India. Salah satunya adalah Maghada.
Konon pengembangan dan penyebarab
agama Buddha juga terjadi di daerah Maghada. Tepatnya Benares[1].
Meskipun agama Buddha belum sepenuhnya di kenal oleh masyrakat luas.
Pada masa kerajaan Maghada terdapat
beberapa dinasti yang bergiliran memegang tampuk kepemimpinan di India/Maghada.
1. 1. Dinasti
Sisunaga
Dinasti Sisunaga merupakan dinasti
pertama yang memegang tampuk kepemimpinan di kerajaan Maghada. Dinasti ini
setidaknya pernah dipimpin oleh sembilan raja yaitu: Saisunaga, Kakavarna,
Kshemadarman, Kshemajit, Bimbisara, Ayatasatru, Darsuka, Udaya, Nandivadana.
2.
2. Dinasti
Nanda
Dinasti Nanda juga pernah berkuasa
atas kerajaan Maghada, tepatnya pada 413-322 SM. Raja-raja yang pernah berkuasa
pada dinasti Nanda juga berjumlah sembilan orang, seperti halnya dinasti
Sisunaga. Pada masa dinasti ini banyak sekali ketidakstabilan pada
pemerintahan, hal ini dibuktikan dengan banyaknya raja pada kurun waktu yang
kurang dari satu abad. Sehingga pada akhirnya dinasti ini berhasil dikudeta
oleh Chandragupta dari Maurya, yang kemudian mendirikan dinasti baru yaitu
dinasti Maurya.
3.
3. Dinasti
Maurya
Pada masa dinasti Maurya merupakan
dinasti yang mampu membawa India pada masa kejayaannya. Pada 322 SM Chandrgupta
naik tahta dari hasil kudeta yang dia pimpin dari kekuasaan dinasti Nanda. Hal
penting yang patut dicatat pada masa Chandragupta adalah perisnggungan India
dengan bangsa asing, tepatnya kekaisran Macedonia yang dipimpin oleh pemimpin
agung Alexander the great (iskandar zulkarnain). Peristiwa ini berlangsung dua
tahun sebelum Chandragupta naik tahta.
Kedatangan Macedonia tidak hanya
mempunyai maksud politis saja tetapi juga misi penyebaran budaya barat ke
daerah timur. Beberapa sumber mengatakan bahwa ekspansi Alexander the great
tidak mempunyai motif politik sama sekali, karena pasukan Macedonia hanya lewat
saja dan tidak meneruskan penyerangan ke arah timur, dan bahkan mereka kembali
lagi ke barat (Eropa).
Seperti halnya daerah-daerah timur
yang lain, pasca ekspansi bangsa barat adalah kemunculan budaya hellenisme.
Yaitu perpaduan budaya timur dengan budaya barat. Sejak masa tersebut semakin
terbuka hubungan barat dengan dunia timur. Hal inilah yang kemudian mendorong
India semakin menjelma menjadi pusat peradaban penting dunia. Banyak ilmuan
yang kemudian datang dan pergi di India. Hal yang juga patut dicermati adalah
pada masa itu sejarah India telah ditulis oleh salah satu kaki tangan Alexander
the great yang selalu mengirinya kemanapun dan kapanpun ia pergi.
Chandragupta naik tahta pada masa
dan saat yang penting. Yaitu beberapa saat pasca kematian Alexander the great,
sehingga dengan sekuat tenaga akhirnya dia berhasil menguasa daerah-daerah yang
tadinya dikuasai oleh Macedonia, dan bahkan Chandragupta berhasil menjalin
hubungan dengan musuh Iskandar Zulkarnain, Seloucos Nicator (penguasa Yunani di
Asia Barat). Persahabatan ini memberi peran penting dalam menggambarkan situasi
Maghada pada saat Chandragupta. Penguasa yunani tersebut banyak membantu
Chandragupta dalam menulis sejarah India.Penulis hasil bantuan penguasa Yunani
tersebut banyak menggambarkan keindahan dan keelokan Maghada yang terletak pada
lembah sungai Gangga.
Akhir hayat Chandragupta diakhiri
dengan bebrapa catatan penting. Ia merupakan raja yang disegani kawan maupun
lawan, rakyat dan juga umum. Sebagi para umumnya raja, dia mempunyai Bayangkari,
yaitu pasukan khusus pengawal raja yang terdiri dari wanita-wanita asing yang
berenjata lengkap, yang selalu mengiringi Chandargupta sebagi pasukan berkuda.
Selain itu dia juga membuat jalur dari Takshosila kedaerah Bactria. Jalan itu
digunakan sebagai jalur perdagangan dan ketentaraan. Pada masanya perdagangan
memang sangat maju, bahkan uang Persia dan uang Yunani lebih banyak melihatan
di kerajaannya dari pada uang Chandragupta (India). Dia juga telah
mengembangkan pedagangan di laut, meskipun hanya di bagian teluk Persia dan
laut Aden saja.
Selain mempunyai pasukan pengawal
pribadi, lascar Chadnrgupta merupakan elemen penting bagi kuatnya kerajaan
Maghada. Laskar ini mempunyai jumlah kereta dan gajah yang sangat banyak.
Jumlah gajah laskar ini berkisar antara 9000 untuk jumah gajahnya dan 30000
untuk jumlah keretanya. Selain pasukan gajah dan kereta, dia juga mengembangkan
jumlah infatrinya yaitu sekitar 60000 orang. Laskar-laskar perang berasal dari
satu kasta tersendiri. Ketika tidak ada perang, pekerjaan mereka hanya makan
dan tidur semata. Tatepi mereka tidak diperkenankan untuk mempunyai banyak
harta benda. Ini bermaksud untuk menjadikan laskar-laskar tersebut selalu siap
sedia katika di butuhkan kapanpun dan dimanapun.
Chandragupta juga semakin memperkut
eksistensi kasta sebagai pola sosial di India pada saat itu. Dia melarang keras
perkawinan yang melibatkan kasta yang berbeda. Walaupun banyak kasta yang
berkembang di India pada saat itu, Chandragupta dianggap sebagai raja yang giat
dan juga adil. Walaupun hukuman yang dijatuhkan cenderung keras, tetapi dia
tidak banyak menjatuhkan hukuman. Hukuman sebatas dijatuhkan bagi mereka yang
benar-benar melanggar aturan kerajaan.
Chandragupta juga melakukan
penaklukan terhadap daerah-daerah seperti Archosia (Kandahar), Paropanisadae
(Kabul), Asia (heart), Gedrosia (Baluchistan) dan meminta daerah-daerah
tersebut untuk mengembalikan gajah-gajah perang India yang berjumlah sekitar
500 gajah.
Masa kejayaan kerajaan maghada
adalah pada mas pemerintahan Asoka. Ashoka vardhana memerintah India (maghada)
tahun 272-232 SM. Ashoka mempunyai ketrampilan memimpin kerajaan yang luar
biasa hebatnya. Masa Ashoka yang menjadi titik sentral kekuatan kerajaan adalah
angkatan perang. Dengan kuatnya angkatan perang Maghada maka Maghada menjadi
kerajaan yang disegani kawan maupun lawan. Ashoka juga banyak menakulukan di
daerah-daerah sekitar India, seperti Gandara, Kabul, Jonas, Kamboja, Godavari,
Krisna, Mysore, Supara dan Girnar, dan daerah-daerah lainnya. Luas kerajaan
Maghada saat itu melebihi luas negara India pada saat sekarang.
Selain banyak melakukan penaklukan,
Ashoka juga banyak meninggalkan jejak sejarah yang berbentuk tulisan yang
kemudian menjadi sumber sejarah yang cukup penting hingga sekarang. Banyak prasasti
yang ditinggalkan pada dinding-dinding dan tiang batu yang berisi tentang
peristiwa, undang-undang, pesan perdamaian, maupun ajaran dan pesan-pesan
ashoka.
Hal menarik yang perlu dikaji pada
masa Ashoka adalah berkembangnya agama Buddha. Padahal nenek moyang Sshoka
adalah penganut setia Hindu. Ia adalah satusatunya raja yang sangat berperan
atas berkembangnya Agama Buddha. Dia seakanakan melawan nenek moyangnya yang
selalu menjadikan Agama Hindu sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaannya.
Namun pada akhirnya eksistensi Buddha berhasil disingkirkan karena banyaknya
aliran yang menolak Buddha, terutama dari kalangan Brahmana. Puncaknya adalah
kematian raja terakhir dinasti Maurya, Buhadratha, di tangan Sungha pada 185
SM.
Pada masa Ashoka terdapat peristiwa
besar yang sulit dilupakan oleh para sejarawan. Peristiwa tersebutlah yang
akhirnya merubah haluan jalan hidup Ashoka dari penganut Hindu menjadi seorang
yang memeluk Agama Buddha. Peristiwa tersebut adalah perang Kalingga. Menurut
sumber yang ada, Ashoka memipin sendiri perang tersebut. Sebanyak kurang lebih
100.000 nyawa orang Kalingga melayang dan dijadikan budak. Sedangkan masih
banyak lagi yang akhirnya mati karena kelaparan.Sejak saat ia berubah haluan,
dan tidak mau lagi memakai kekerasan dalam hidupnya. Ia mulai mementingkan
Agama Buddha seperti yang telah disinggung sebelumnya.
Meskipun hanya sebagi Upasa
(pengikiut atau penganut biasa) saja, dia juga sudah menerapkan larangan
berburu hewan, dan tidak boleh menyembelih burung merak dan rusa. Dia juga
berusaha menyiarkan hukum Dharma. Salah satuinya adalah dengan mengangkat
pegawai-pegawai tinggi yang dinamakan Dharmamahamatra yang harus berkeliling
diseluruh kerajaan sekali dalam lima tahun. Tugas ini dianjurkan guna melakukan
urusan agama pada kalangan rakyat yang meliputi putraputra raja, kaum bawah dan
bahkan mereka yang masih berada dalam penjara. Selain Dharmamahamatra ada juga
pegawai yang dinamakan Rajuka. Tugas mereka terutama terletak pada lapangan
kemasyarakatan, sebab mereka harus memajukan mutu kesusilaan rakyat,
kamakmuran, dan merekapun bertindak sebagai hakim pada daerah-daerah tertentu.
Selain itu ada juga pegawai yang diangkat bertindak sebagai penagih pajak dan
sekertaris, mereka semua dari kalangan Buddha.
Ashoka sendiri juga sering melakukan
perjalanan-perjalanan panjang. Yaitu sekali dalam 10 tahun. Perjalan ini
dinamakan Dharmayatra, yang dalam satu kali perjalanan biasanya memerlukan 256
hari.
4. Dinasti Sungha
Dapat dikatakan bahwa Dinasti Sungha
actor yang berperan penting dalam mengembalikan keberadaan Agama Hindu yang
sempat tenggelam pada masa raja Ashoka, dengan keberhasilannya membunuh
Buhadratha tahun 185 SM. Mulai saat itu sampai tahun 1875, Sungha dan
keturunannya berhasil menguasai Maghada. Seperti yang telah disinggung, bahwa
Sungha kembali memberi angin segar kepada pemeluk Hindu dan khususnya Brahmana
untuk kembali mengembangkan Agama Hindu.
5. Dinasti Kanya
Setelah berakhirnya kekuasaan Sungha
atas Maghada, maka kekuasaan sesudahnya diambil alih oleh Dinasti Kanya.
Dinasti Kanya memerintah dalam kurun waktu antara 175- 128 SM. Sejak masa Kanya
berkuasa muncul kerajaan-kerajaan kecil semisal Andhra, Parthi, dan Kushan.
Selain perkembangan politik yang
kuat di India, hal penting yang patut dicermati adalah lahir dan berkembangnya
Agama Hindu yang nanti akan banyak dibahas pada tulisan selanjutnya.
Peninggalan-peninggalan selain pemerintahan/politik dan Hindu, yang menjadi cirri
khas, juga masih banyak peninggalan yang lain, meliputi seni kesusastraan dan
juga Jainisme dan tentunya Agama Buddha.
Dalam bidang kesustraan terdapat
beberapa buku catatan perjalanan. Ada dua buku penting yang muncul pada masa
Arya. Buku tersebut adalah Aranyaka (Kitab Hutan) dan Upashisad, yang merupakan
hasil kerja dari teosofi yang berisi renungan mistik bagi para murid lanjutan.
Buku tersebut dibuat guna memudahkan tafsir terhadap kitab suci Weda yang
membingungkan[2].
Untuk menafsirkan weda diperlukan buku-buku yang digunakan untuk menafsirkan.
Ada dua kelompok jenis buku yang digolongkan sebagai tafsir weda. Pertama
adalah sruti. Yaitu kitab yang dianggap sebagai wahyu dari Brahma sang
pencipta. Kedua adalah smerti. Yaitu hasil ingatan ataupun kebiasaan para pendeta
yang juga disebut sebagai wedangga atau anggota weda.
Selain berkembangnya agama Hindu, di
India, terutama pada masa Arya, juga berkembang Jinisme dan Agama Buddha. Pada
abad 6 SM proses pembaharuan dalam bidang agama terus berlangsung dan terus
berlanjut. Tidak hanya sekedar kecil-kecilan tetapi langsung besar. Muncul dua
tokoh penting dalam perombakan bidang keagamaan, yaitu Buddha Gautama dan
Vardamana Mahavira. Keudanya mempunyai banyak persamaan. Diantaranya adalah;
pertama keduanya berasal dari masa yang bersuasana
Samkya yang nantinya memberikan
pengaruh besar terhadap sifat ajaran rohani yang mereka ajarkan nanti. Kedua,
mereka berasal dari kalangan yang sama, yaitu ksatria atau prajurit, yang dalam
status sosial merasa disepelekan oleh kalangan Brahmana. Ketiga, mereka
mendirikan perkulmpulan-perkumpulan atau biara-biara agama yang di dalamnya terdapat
pengikutnya yang hidup dalam cinta kasih, tidak mencuri, dan tidak berdusta. Satu
lagi bahwa Vardaman merupakan salah satu anak dari Buddha Gautama.
Peromabakan yang dilakukan oleh
kedua tokoh tersebut adalah Jainisme dan Buhda. Agama Jina (Jainisme) atau
agama bagi para penakluk itu disebarluaskan oleh seorang anak dari Buddha
Gautama yang bernama Vardamana. Jina lebih menekankan pada semedi, dan
cenderung ekftrim ketimbang Buddha. Konsep alam raya menurut Jainesme adalah abadi,
tidak ada hari kiamat yang memusnahkan jagad raya tersebut.
Para dewa tidak berperan dalam
penciptaan maupun pemusnahan alam semesta. Jagad raya berfungsi dengan
sendirinya sesuai hukum alam. Keberadaannya terbagi menjadi sejumlah daur
terttentu, yang masing-masing mencakup fase perkembangan dan kehancuran. Setiap
masa dikawal oleh dua puluh empat kaesar jagad raya, menjadi tigapuluh tiga
orang-orang besar, yang hidup dalam jangka waktu tertentu secara teratur.
Pada masa puncak zaman manusia hidup
dengan ukuran badan yang amat besar dan umur yang panjang, serta tidak
membutuhkan undang-undang ataupun pranata, sebab semua kebutuhan manusia telah
dicukupi oleh pohon pengharapan. Jainisem beranggapan bahwa proses kehancuran
jagad raya membutuhkan kurun waktu kurang lebih 40.000 tahun lamanya. Pada saat
itu manusia menjadi sangat kerdil, dan hanya mencapai umur 20 tahun, hidup di
dalam gua-gua, dan menjadi lupa akan segala peradaban. Bahkan mereka pun tidak
mengenal api, sampai pada saatnya air pasang melanda bumi. Tetapi kiamat tidak
ada, karena setelah itu muncul kembali kehidupan yang baru secara abadi. Namun demikian
jainisme tetap percaya dengan adanya hukum karma. Kedua adalah Buddha. Buddha
didirikan oleh Buddha Gautama. Yaitu seorang yang dianggap begitu bijaksana
keturunan Sakya. Putra seorang kepala daerah di kapilawastu, kira-kira 200 KM
sebelah utara Benares.
Pada umur 29 dia memutuskan untuk
meninggalkan segala bentuk kehidupan dunia. Ia memilih meninggalkan istana dan
melakukan pengembaraan dengan pakaian yang serba kuning. Sampai pada suatu
ketika ia berhenti pada sebuah pohon pipala, dan ia mendengarkan suara,
penerangan atau bodhi. Semula dia ragu untuk menyebarkan apa yang dia dapatkan
ketika melakukan pengembaraan. Namun pada akhirnya Brahma sendiri yang turun
untuk memberikan kemantapan pada Gautama. Akhirnya Khutbah perdana Gautama
dilaksanakan di taman rusa, Benares dihadapan lima orang pengikutnya. Khutbah
perdananya berisikan ajaran, tentang empat kenyataan, yaitu bahwa hidup pada dasarnya
merupakan suatu kesengsaraan, bahwa kesengsaraan itu timbul karena suatu sebab,
bahwa kesengsaraan itu dapat dihilangkan, dan bahwa ada cara-cara yang dapat
menghilangkan kesengsaraan tersebut, yaitu delapan langkah kebenaran.delapan
langkah kebenaran itu adalah berpandangan benar, berketetapan benar, berbicara
benar, bertingkah benar, hidup benar, berusaha benar, beringatan benar, dan
bersemadi benar. Ajaran agama lainnya berhasil dikumpulkan menjadi tiga
keranjang atau pitaka. Keranjang tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama
berisi aturan mengenai tingkah laku. Kedua berisi kumpulan khotbah Buddha
Gautama. Ketiga berisi ajaran mengenai metafisika.
Pada muktamar ke tiga, Buddha
terpecah menjadi dua kelompok besar. Pertama Mahayana dan Hinayana. Perbedaan
mendasar dari kedua aliran tersebut adalah kontek nirvana dan prosedur yang
dilalui untuk mencapai nirvana. Mahayana beranggapan bahwa setiap pemeluk Buddha
dapat mencapai nirvana kalau mendapat bantuan para orang suci yang telah
mendahului mereka dan telah menempati kedudukanbaik di nirvana tersebut.
Sementara aliran Hinayana beranggapan bahwa keberhasilan umat Buddha mencapai
nirvana hanya karena usaha sendiri, tanpa bantuan fisik dari apapun.
Baik Jainisme dan Budhisme pada
dasarnya bersifat ateistik, dalam artian tidak menolak keberadaan dewa-dewa,
namun tidak mengakui campur tangan mereka dalam kegiatan jagat raya maupun
nasib manusia[3].
[1]
T. S. G, Mulya. India. Sedjarah Politik dan Pergerakan
Kebangsaan. (Jakarta: Balai Pustaka, 1952) h. 16
[2]
Ada beberapa istilah
sulit yang terkadung dalam kitab suci weda, yang kemudian digunakan sebagai
inti ajaran agama Hindu sendiri.